Makassar, 21 Februari 2025 – Dalam upaya memetakan masa depan pariwisata Indonesia, Kementerian Pariwisata  (Kemenpar) menggelar webinar bertajuk “Pariwisata Naik Kelas ‘Marine Tourism’ Menuju Destinasi Kelas Dunia”. Dihadiri oleh 98 peserta, acara ini berlangsung secara daring pada Jumat 21 Februari 2025 pukul 10.30 WITA dengan menghadirkan dua narasumber utama, yakni Prof. Ilham Junaid, Ph.D., dan Ida Bagus Agung Partha Adnyana, yang memberikan gambaran mendalam tentang tantangan dan solusi untuk mengembangkan sektor wisata bahari Indonesia.
Webinar Pariwisata Naik Kelas: Marine Tourism Menuju Destinasi Kelas Dunia dimulai dengan sambutan hangat dari Asisten Deputi Manajemen Strategis (Asdep Manstra) Kementerian Pariwisata, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani. Dalam sambutannya, ia menyampaikan rasa terima kasih kepada para narasumber dan peserta webinar, serta menekankan pentingnya diskusi ini dalam merumuskan kebijakan strategis di bidang pariwisata.
“Pariwisata Naik Kelas melalui Marine Tourism sangat terkait dengan bidang kami, dan kegiatan ini penting untuk menyamakan persepsi dalam pengembangan kebijakan yang berbasis pada potensi besar bahari Indonesia,” ungkapnya.
I Gusti Ayu Dewi Hendriyani juga menyampaikan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sumber daya pariwisata bahari yang besar, dengan mengoptimalkan potensi tersebut, Indonesia  menjadi destinasi kelas dunia. Namun, tantangan besar pun mengemuka, seperti terbatasnya infrastruktur, masalah geografis, dan kurangnya pemberdayaan masyarakat yang memadai.

Gambar 1. Sambuatan Asisten Deputi Manajemen Strategis (Asdep Manstra) Kementerian Pariwisata, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani

Ia menegaskan bahwa tantangan ini memerlukan inovasi yang lebih adaptif, serta peran aktif dari akademisi dan praktisi untuk memberikan masukan yang konstruktif. “Penting bagi kita untuk mulai menakar kualitas, bukan sekadar kuantitas, dalam mengembangkan pariwisata bahari yang berkelanjutan,” lanjutnya. Sebagai bagian dari Kementerian Pariwisata, Asdep Manstra memiliki tanggung jawab dalam penyusunan kebijakan manajerial di bidang pariwisata, yang juga meliputi koordinasi dan evaluasi implementasi kebijakan tersebut.

Prof. Ilham: “Melihat Tantangan Melalui Lensa Marine Tourism
Prof. Ilham Junaid, dalam pemaparannya, membahas tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan marine tourism di Indonesia. Ia mengungkapkan, berdasarkan riset yang dilakukan, bahwa sektor ini masih terkendala oleh sejumlah masalah fundamental—mulai dari konflik kepemilikan dan akses, hingga buruknya infrastruktur yang menghambat konektivitas antar destinasi. Lebih lanjut, ia menyoroti  kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian laut juga masih rendah.
Namun, menurutnya, ada cara untuk mengatasi tantangan ini, yaitu dengan mengembangkan wisata berbasis komunitas yang tidak hanya memikirkan keuntungan jangka pendek. “Kita masih optimis, penting untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan destinasi wisata. Jika masyarakat diberdayakan, mereka akan menjadi penjaga laut yang sejati,” jelas Prof. Ilham.

Gambar 2. Prof. Ilham menyampaikan materinya

Bagus Agung: “Fokus pada Kualitas, Bukan Kuantitas
Ida Bagus Agung Partha Adnyana, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, menawarkan perspektif yang lebih pragmatis. Ia mengkritik kebijakan yang masih fokus pada peningkatan angka kunjungan wisatawan, sementara Bali—sebagai salah satu tujuan utama—telah mencapai titik jenuh “visits exceed a destination’s capacity, making residents angry and tourists miserable”. “Bali sudah penuh, infrastruktur kita terbatas. Apa yang kita butuhkan sekarang adalah pariwisata yang berkualitas, bukan jumlah yang terus membengkak,” kata Bagus Agung.
Ia menambahkan bahwa salah satu solusi yang perlu dipertimbangkan adalah memanfaatkan Bali sebagai “hub” untuk mengalihkan sebagian besar pengunjung ke destinasi wisata lain di luar Bali, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). “Ini bukan hanya soal memecah kepadatan, tetapi juga untuk memastikan bahwa pariwisata berkelanjutan, tanpa merusak lingkungan,” imbuhnya.

Gambar 3. Bagus Agung memaparkan materi

Mengatasi Isu Sampah 
Sesi tanya jawab membawa diskusi semakin tajam, dengan pertanyaan mengenai pengelolaan sampah plastik  menjadi masalah klasik dalam pengembangan pariwisata bahari. Bagus Agung menekankan pentingnya penanganan masalah sampah dari hulu, yakni industri yang memproduksi sampah plastik. “Kita harus mengurangi produksi sampah plastik terlebih dahulu sebelum berbicara tentang pengelolaannya,” katanya. Di sisi lain, Prof. Ilham menekankan bahwa pengembangan marine tourism yang sukses membutuhkan riset yang mendalam untuk mengetahui masalah yang sebenarnya dihadapi di lapangan. “Kami di akademisi berperan untuk memberikan solusi berbasis data yang dapat diterima semua pihak,” ujarnya.

Ekowisata Berbasis Komunitas
Di akhir diskusi, baik Prof. Ilham maupun Bagus Agung sepakat bahwa marine tourism yang berkelanjutan harus berbasis pada ekowisata yang melibatkan masyarakat lokal. Hal ini, menurut keduanya, menjadi kunci untuk menciptakan destinasi wisata bahari yang tidak hanya menarik tetapi juga ramah lingkungan dan bermanfaat jangka panjang bagi komunitas.
Sebagai penutup, moderator webinar, Berli Andaldo, menegaskan bahwa langkah-langkah nyata harus segera diambil untuk memastikan  Indonesia naik kelas melalui marine tourism. “Kita harus memperkuat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Tanpa itu, semua wacana ini hanya akan tinggal wacana,” tegasnya.
Dengan berakhirnya webinar ini, harapan besar muncul untuk sektor pariwisata bahari Indonesia: menjadi destinasi kelas dunia yang tidak hanya memikat wisatawan, tetapi juga merawat kelestarian alam demi generasi mendatang (*)

Editor: Staff-Publikasi P3M ( Masri Ridwan, M.Pd)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *